Category Archives: Serba-Serbi

Secangkir Kopi

Ada seorang kakek. Cara berjalannya sudah agak susah. Agak sedikit terseret-seret. Matanya memandang setiap sudut dengan lamban. Ia berkaca mata bening berbingkai hitam. Rambutnya sudah tidak lebat dan punya dua warna, kira-kira 10% hitam, 90% putih.

Baru saja dia minum kopi. Kopi Ya Kun Kaya Toast. Kopi yang dulu diperkenalkan oleh Om Yongki, ninong kami, ketika kami tinggal di Manila. (Ninong dalam bahasa Tagalog bapak nikah yang menjadi saksi pernikahan kami, atau bisa juga berarti bapak baptis). Kakinya ia selonjorkan di atas kursi yang lain ketika minum kopi. Santai sekali batinku.

Dia sempat memperhatikan ketika saya memesan dan meminum kopi. Mungkin karena kopi yang saya pesan adalah kopi hitam, sama seperti yang ia pesan. Mimik mukanya seperti haus akan bicara. Bicara apa kabar. Bicara apa saja. Tapi dia ragu untuk bicara. Aku pun diam. Tak tahu harus bicara apa. Hanya senyum dan menganggukkan kepala padanya. Tanda hormat pada seorang yang sudah memiliki pengalaman lebih lama dalam hidupnya.

Menemani isteri Ujian Video, Shortcase, dan UDOT

Sungguh suatu pengalaman yang tidak dapat dinilai harganya menjadi suami seorang dokter yang sedang hamil tua, yang sedang berjuang untuk mendapatkan kesempatan program adaptasi setelah susah payah (baca: lama dan ribet) menjalani pendidikan spesialis di negara tetangga. Banyak hal yang saya pelajari dari isteri saya yang selama satu bulan kemarin (Agustus-September 2015) mempersiapkan diri belajar di rumah. Tidak menyalakan TV sesering dulu. Berjuang membaca puluhan buku-buku terbitan American Association of Ophthalmology dan beberapa buku yang harganya tidak murah. Semua itu dipersiapkan untuk menghadapi ujian Video, shortcase, dan UDOT.

Continue reading Menemani isteri Ujian Video, Shortcase, dan UDOT

My Mother

Here I would like to write about my mother. My mother is the person who has influenced me the whole of my life. She is pretty, she taught me about good and bad things. Together with my Dad, she taught me about Catholic religion, the religion that we are proud and practicing. Now I am twenty-eight years old, married to an eye doctor, and soon to have a daughter in this December. I am so excited! Looking back to the time when I was a child, now I do understand why she was strict with me. Although we are now living afar, I am in Jakarta and she is in Lampung with my Dad, we always keep in touch by BBM chat or phone. Hope soon my wife and I can visit Lampung once our baby at least in 6 months age, next year.

How about your mother? Can you tell me about your mother?

Mencairkan klaim Jamsostek (BPJS TK)

Well, hasil dari ngobrol-ngobrol dengan kakak saya yang notabene bekerja di BPJS, saya ternyata bisa mengajukan klaim pencairan saldo bpjs. Berdasarkan peraturan, seorang nasabah dapat mengajukan permintaan jaminan hari tua BPJS (dulu jamsostek) jika:

1. Mencapai usia 55 tahun
2. Cacat total dan tetap berdasarkan keterangan dokter
3. Meninggal dunia
4. Meninggalkan Republik Indonesia dan tidak kembali
5. Pindah menjadi PNS atau anggota TNI
6. Keluar dari perusahaan dengan masa kepesertaan minimum 5 tahun dan masa tunggu selama 1 bulan dengan surat keterangan terlampir.

Yaaaap. Berdasarkan peraturan nomer 6, I am eligible to claim. Not working. Masa kepesertaan saya sudah lebih dari 5 tahun.

And you know what?

Peraturan nomer 6 itu nggak akan berlaku lagi mulai 1 Juli 2015. Akan diganti dengan masa kepesertaan minimum 10 tahun dan maksimal pengambilan 10 persen.

Nggak perlu pikir panjang saya langsung menyiapkan segala berkas. Lha musti nunggu 4 tahun lagi je… Apa aja berkasnya? Ini dia.

1. Kartu peserta Jamsostek asli. Kalau hilang, mesti buat surat kehilangan dari polisi
2. KTP asli dan fotokopinya.
3. Kartu keluarga asli dan fotokopinya
4. Surat keterangan pemberhentian kerja dari perusahaan atau penetapan pengadilan hubungan industrial asli dan fotokopi.
5. Formulir JHT yang telah diisi
6. Buku Tabungan. Di mana pemilik rekening = peserta/pemilik JHT asli dan fotokopi.

Anda mesti melengkapi syarat-syarat di atas. Yang agak ribet kalau Anda bekerja di lebih dari satu perusahaan. Anda harus minta surat keterangan dari semua perusahaan yang pernah Anda abdi.

Bulan Ketiga

Beberapa bulan lagi saya akan menjadi seorang ayah. Akan ada jabang bayi yang memanggil saya Papa, Bapak, Ayah, Daddy, atau Rama. Hehe. Lucu juga ya.

Ah, seperti baru kemarin saja saya bermain dengan teman-teman kecil saya. Sekarang saya sudah mau punya anak.

Kehamilan isteri sudah masuk bulan ketiga. Atau lebih detailnya minggu ketigabelas. Beberapa tanda-tanda normal seperti mual dan muntah sudah biasa dialami selama beberapa bulan terakhir. Tapi beberapa hari ini isteri mengeluh sakit di bagian pinggul kiri hingga membuat isteri saya izin kerja dulu selama sehari. Dokter kandungan kami bilang bahwa hal ini adalah hal yang biasa. Tapi kami akan coba cek ke dokter syaraf esok hari dan memastikan apa yang harus kami lakukan untuk menyembuhkannya.

Yap… perkiraan akhir Desember 2015 saya akan menjadi seorang ayah. Semoga Tuhan terus melindungi calon ibu dan anak serta melancarkan proses kelahiran anak kami yang pertama. Hip hip horray.

Stay tuned!